ABOUT NGADAS

Ngadas adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Ngadas merupakan salah satu dari 36 desa Suku Tengger yang tersebat dalam empat kabupaten/kota. Terletak di tengah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Ngadas merupakan kantung (enclave) dari TNBTS dan berada di ketinggian mencapai 2200 mdpl dengan luas area sekitar 395 ha dengan topografi berbukit. Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani dengan pemeluk kepercayaan Budha Jawa sebesar 50%, Islam 40% dan Hindu 10%. Karena berada di ketinggian lebih dari 2000 mdpl mengakibatkan suhu udara di Ngadas cenderung dingin, suhu di sekitar Ngadas berkisar 0°C hingga 20 °C. Sejak tahun 2007 Ngadas ditetapkan menjadi desa wisata oleh Pemerintah Kabupaten Malang karena memiliki ragam potensi wisata alam.

PAKET WISATA


  • Paket Bukit Khayangan

    Rp 262.500/orang (maks 4)

    I long for the raised voice, the howl of rage or love.

  • Paket Jalan Leluhur

    Rp 245.000/orang (maks 4)

    Contented with little, yet wishing for much more.

  • Paket Coban Raksasa

    Rp 262.500/orang (maks4)

    If anything is worth doing, it's worth overdoing.

SUPPORTED BY :


KKNT-PPD LPPM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

ARCHIEVE

We pride ourselves on bringing a fresh perspective and effective marketing to each project.

  • adadaasd


  • Upacara Adat Desa Ngadas

    Upacara Kasada



           Upacara Kasadha adalah sebuah tradisi upacara sesembahan yang dilakukan masyarakat Tengger di Gunung Bromo berupa sesajen kepada Sang Hyang Widhi, setiap bulan Kasada hari-14 dalam kalender Jawa untuk menghormati Sang Hyang Widhi dan para leluhur. Tak banyak yang mengetahui asal usul tradisi ini.
    Pada zaman dahulu kala, dikisahkan ada seorang gadis bernama Roro Anteng yang merupakan putri Raja Majapahit dan permaisurinya yang hijrah ke lerang Gunung Brahma (sekarang Gunung Bromo) karena dikalahkan putranya sendiri. Dinamai Roro Anteng karena di saat kelahirannya terdapat keanehan lantaran tidak menangis seperti bayi pada umumnya. Anteng dalam Bahasa Jawa berarti tenang atau pendiam. Sementara itu, tak jauh dari rumahnya, ada seorang perjaka bernama Joko Seger yang merupakan putra dari seorang brahmana dan istrinya. Dinamai demikian karena di saat lahir, bayinya menangis dengan suara yang sangat keras. Dalam Bahasa Jawa, Seger artinya segar, subur, atau makmur.
    Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang cantik, sedangkan Joko Seger menjadi pemuda yang tampan. Singkat cerita, keduanya saling jatuh cinta. Sebenarnya banyak pemuda yang ingin meminang Roro Anteng, tetapi tak satu pun yang diterima olehnya lantaran dia sudah terlanjur mencintai Joko Seger. Tak lama kemudian, mereka pun menikah dan membangun pemukiman baru. Desa itu kemudian mereka sebut dengan nama Tengger, yang merupakan penggabungan dari nama mereka berdua, yakni Roro An(teng) dan Joko Se(ger).
    Sayangnya, setelah bertahun-tahun menikah, mereka belum kunjung dikaruniai anak. Didasari dengan keinginan kuat untuk memiliki buah hati, Joko Seger pun bertapa di Watu Kuta untuk memohon kepada Sang Hyang Widhi agar diberikan keturunan. Untuk lebih meyakinkan Dewa-nya, Joko Seger lantas bersumpah bila sang Dewa menganugrahinya 25 orang anak, salah satu dari anaknya akan dipersembahkan di kawah Gunung Bromo. Usai mengucapkan sumpah tersebut, seketika itu pula muncul jilatan api dari kawah Gunung Bromo. Tiba-tiba saja, Roro Anteng pun mengandung.
    Ternyata Roro Anteng melahirkan sepasang bayi kembar laki-laki. Kemudian tahun berikutnya, dia melahirkan bayi kembar dua, dan berikutnya, sampai akhirnya anak mereka mencapai hitungan 25 orang. Ripanya pasangan Roro Anteng dan Joko Seger terlena. Tahun demi tahun berlalu. Tanpa sadar, Joko Seger lupa akan janjinya kepada Dewa untuk mempersembahkan salah satu dari ke-25 anaknya.
    Pada suatu malam, Joko Seger didatangi oleh Dewa di dalam mimpi. Sang Dewa menegurnya dan meminta agar sumpah atau janji yang diucapkannya dulu segera ditepatinya, mengingat saat ini dia dan sang istri sudah memiliki 25 orang keturunan. Joko Seger pun galau dan berusaha curhat kepada sang istri, Roro Anteng. Joko Seger ingin memenuhi janji tersebut, tetapi dia sangat menyayangi ke-25 anak-anaknya.
    Akhirnya, Joko Seger membulatkan tekad untuk menyampaikan mimpinya tersebut kepada semua anaknya. Seperti yang diduganya, ke-25 anaknya terkejut mendengar cerita sang bapak. Mereka tidak mau menjadi korban persembahan di kawah Gunung Bromo, kecuali si bungsu Jaya Kusuma.
    Si bungsu Jaya Kusuma pun akhirnya menceburkan diri ke dalam kawah Gunung Bromo sebagai persembahan kepada sang Dewa untuk memenuhi sumpah bapaknya. Namun sebelumnya, Jaya Kusuma meminta agar penduduk setempat mempersembahkan hasil ladang mereka setiap terang bulan tanggal 14 bulan Kasadha di kawah Gunung Bromo.
    Untuk mengenang sekaligus menghormati arwah leluhurnya itu, penduduk Tengger selalu mengorbankan sebagian hasil ladangnya setiap tanggal 14 bulan Kasadha dengan cara melemparkannya ke dalam kawah Gunung Bromo, tempat Jaya Kusuma menceburkan diri dulu. Hal ini terus dilakukan secara turun-temurun hingga sekarang menjadi sebuah tradisi tahunan masyarakat Tengger yang kemudian dinamakan Upacara Kasadha.

    Upacara Entas-entas 



           Upacara Entas-entas secara khusus dilaksanakan untuk menyucikan arwah (roh) orang yang telah meninggal dunia, yaitu pada hari yang ke-1000 atau minimal pada hari ke-44 setelah meninggal. Akan tetapi, pelaksanaannya sering diadakan sebelum hari ke-1000 untuk meringkas upacara-upacara kematian itu. Upacara Entas-entas dimaksudkan untuk menyucikan arwah orang yang telah meninggal dunia agar dapat masuk surga. 
    Rangkaian upacara Entas-Entas dimulai dari upacara semeningga, ini berlangsung tiga bulan sampai satu minggu sebelum upacara Entas-Entas.Menurut keyakinan masyarakat Desa Ngadas, upacara Entas-Entas merupakan upacara yang paling ditakuti. Karena apabila dalam acara ini ada arwah yang terlupakan untuk dientas, keluarga yang menyelenggarakan upacara akan mendapat musibah. Oleh karena itu, sebelum upacara diselenggarakan, seorang dukun berkali-kali mengadakan pengecekan terhadap keluarga orang-orang yang meninggal yang akan dientas. Makna Entas-Entas pada dasarnya mengembalikan kelima unsur penyusun tubuh manusia, yakni tanah, manusia kalau mati di kubur di dalam tanah. Kayu, manusia jika mati kubumya ditancapi kayu sebagai nisan. Adapun unsur air, manusia kalau mati pasti dimandikan dahulu sebagai pembersih merupakan simbol penghormatan kepada Dewa Baruna. Sementara itu, panas atau cahyo, yaitu manusia kalau meninggal dibakar petranya, yakni mengembalikan unsur panas yang ada di alam tubuh kepada asalnya, yaitu dengan cara dibakar. Demikianlah sepenggal cerita mengenai masyarakat Desa Ngadas yang dapat hidup saling berdampingan, menerima agama atau orang lain yang masuk ke Desa Ngadas dan juga mengenai upacara entas-entas Desa Ngadas. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus hendaknya tetap melestarikan kebudayaan-kebudayaan tersebut, sehingga generasi-generasi yang akan datang masih dapat menikmati kebudayaan yang ada di Gunung Bromo.

    Uacara Karo



           Upacara Karo merupakan upacara yang bertujuan untuk kembali kepada kesucian, disebut juga satya yoga. Hal ini atas dasar anggapan, bahwa pada zaman satya yoga masyarakat masih bersifat sangat sederhana dan berpegang pada kebenaran, jujur, serta suci. Upacara ini dikaitkan pula dengan berbagai cerita rakyat di kalangan masyarakat Tengger. Menurut penduduk Tengger di Probolinggo, ritual Karo untuk memperingati Sang Hyang Widhi Wasa yang telah menciptakan dua jenis makhluk manusia (karo), laki-laki dan perempuan sebagai leluhurnya. Konon, keduanya dulu selalu berperang, tetapi tak ada yang kalah atau menang. Dalam peperangan itu banyak jatuh korban. Demi menghindari jatuhnya lebih banyak korban, kedua makhluk itu lalu bersepakat untuk berdamai. Dari peristiwa perdamaian antara wong loro atau karo (dua makhluk), yaitu laki-laki dan perempuan tersebut akhirnya dilakukan tradisi Karo.
    Karo berasal dari sebuah legenda yang berkisah tentang abdi dari Kanjeng Nabi bernama Setya dan abdi dari Aji Saka bernama Setuhu. Akibat salah paham, Setya dan Setuhu berselisih dan berkelahi sampai keduanya (salorone atau kekarone) gugur, tidak ada yang kalah atau menang. Melihat hal itu Aji Saka lalu memerintahkan para pengikutnya untuk mengadakan upacara Karo sebagai peringatan peristiwa tersebut. Selain itu, upacara Karo juga untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman di antara masyarakat Suku Tengger serta untuk menghindari musibah (paceklik dan pagebluk).
  • Contact us

    Contact person :




    0812 3365 1126 [Pak Suyak]
    0812 1697 747   [Pak Timbul]
    0813 5796 2635 [Pak Harjo]










  • DESKRIPSI EKSPLORASI


    1.   Safari Agro 1

    Safari Agro 1 merupakan salah satu tempat wisata yang ada di Desa Ngadas. Tempat ini berada di wilayah utara desa Ngadas, dengan suasana yang sangat alami. Jalanan  yang akan dilewati masih terbuat dari tanah dan berbatu sehingga sulit apabila menggunakan kendaraan pribadi, mungkin akan lebih mudah apabila menggunakan motor trill. Namun sangat disarankan dengan berjalan kaki sehingga dapat menikmati perjalanan. Dengan suhu rata-rata 14 C, sangat disarankan menggunakan pakaian yang hangat. Persiapan tidak kalah penting, salah satu yang harus dipersiapkan yaitu jas hujan karena lokasi yang memang di daerah pegunungan memungkinkan hujan turun sewaktu-waktu ditambah dengan kabut yang menyelimutinya. Sekitar perjalanan dikelilingi dengan kebun kentang dan tanaman perkebunan yang lain. Sesekali kita dapat memetic tanaman terong ungu, cabai tengger dll.





    2.   Safari Agro 2 (granolo kembang)

    Safari Agro 2 ini hampir sama dengan lokasi Safari Agro 1. Perbedaannya adalah lokasinya yang berada di wilayah selatan Desa Ngadas. Jalanan yang menjadi rute perjalanan terbuat dari tanah dengan lebar rata-rata sekitar 75 cm. Jalan yang dilewati merupakan jalan di pertengahan bukit, sehingga perjalanan tidak terlalu melelahkan karena cenderung datar. Di sekeliling perjalanan kita dapat melihat tanaman kentang, jagung, daun bawang, pinus, serta tanaman khas Tengger yaitu jambu tengger, cabe tengger, dan terong tengger. Selain dari tanaman-tanaman tersebut, kita juga dapat menemukan bunga-bunga liar yang indah, juga jalanan yang diapit 2 perbukitan menghijau, serta pemukiman padat Desa Ngadas yang indah dari atas bukit. Persiapan untuk mendukung kenyaman perjalanan adalah membawa jas hujan, sepatu gunung atau sandal gunung, serta pakaian tebal.




    3.   Sumur Ajaib

    Lokasi kurang lebih 500 m dari secretariat, jalan menuju masjid kurang lebih 30 m sebelum masjid. Pada sumur tersebut ditemukan banyak sampah. Dikatakan ajaib karena pada dataran tinggi ketika dibor sedikit langsung keluar banyak air.





    4.   Coban 5 Menit


    Turun dari pintu masuk ngadas sejauh kurang lebih 3 km, coban ini belum lama ditemukan. Diberi nama coban 5 menit karena mempunyai jarak 5 menit dari jalan, turun ke bawah dengan jalan kaki yang lumayan ekstrem. Dari atas terdengar suara gemuruh dari jalan dan air terjun juga sedikit terlihat dari atas. Di sekitar air terjun terdapat batu-batuan , tetapi banyak sampah.



    5.   Bukit khayangan

    Suatu tempat yang sangat tinggi hingga menembus awan. Di bukit ini wisatawan disuguhi pemandangan kabut tebal yang berwarna putih. Ketika kabut mulai menghilang akan terlihat pemandangan khas pegunungan layaknya padang savana dan bukit teletubbies. Lokasi bukit khayangan berjarak kurang lebih 3 km dari desa Ngadas. Dapat ditempuh menggunakan sepeda motor selama kurang lebih 7 menit dan setelah sampai daerah Jemplang perjalanan dilanjutkan melalui jalan setapak untuk naik keatas yang kurang lebih memakan waktu 44 menit.



    6.   Jalan Leluhur

               Jalan leluhur merupakan akses jalan untuk ke lautan pasir bromo, sekitar 6km dari jemplang atau 9km dari desa Ngadas sekitar 2 jam. Jalan leluhur ini melewati bukit kayangan dan bukit bukit yang mengelilingi pegunungan bromo. Jalan leluhur ini bisa dibuat akses jalan untuk motor Trail atau mount motorcycle, tracking yang lumayan jauh membuat wisatawan harus membawa bekal minum ataupun makanan. Jalan leluhur ini dapat diakses sampai Bromo maupun padang savanah tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, tracking yang melewati hutan hidup dan melewati hutan mati juga.




  • LEGENDA GUNUNG BROMO DAN TENGGER




                Pada zaman Majapahit semasa kepemimpinan Raja Brawijaya di kawasan Gunung Bromo ada seorang putri bernama Dewi Mutrim. Dia adalah satu-satunya putri yang berparas cantik sekawasan Tengger sehingga banyak para bangsawan yang ingin mempersunting menjadi permaisuri dan beberapa orang yang melamarnya. Ada seorang yang bernama Kaki Bima, orangnya sakti mandra guna tetapi mempunyai wajah kurang tampan seperti Buto sehingga Dewi Mutrim tidak berani menolak karena kesaktiannya. Untuk itu Dewi Mutrim mau dinikahi oleh Kaki Bima dengan syarat Kaki Bima harus bisa membuat danau di Gunung Bromo dalam waktu semalam.
                Dalam tindakan Kaki Bima semalam untuk membuat danau di sekitar Gunung Bromo akan terwujud Dewi Mutrim ketakutan benar-benar akan jadi telaga. Lalu Dewi Mutrim menghubungi teman-temannya dan masyarakat Tengger lainnya. Kemudian teman-temannya dan Dewi Mutrim berkumpul membuat rekayasa agar pekerjaan Kaki Bima tidak terwujud. Rombongan Dewi Mutrim dibagi menjadi 4 bagian (Jemplang, Pudak Lembu, Penanjakan, dan Mungal). Alat yang dibawa jerami, ayam jantan, dan tampah. Setelah jam 01.30 WIB tampahnya ditampar (tabok) dan orang-orang disuruh berkokok dan ditirukan ayam-ayam jantan tersebut berkokok sebelum waktunya. Kemudian Kaki Bima kalah janji merasa malu bahwa kesanggupannya tidak terwujud lalu alat yang digunakan untuk menggali telaga tersebut dibuang sehingga berwujud Gunung Batok di sebelah kawah Bromo. Kaki Bima melarikan diri sambil berteriak mengancam.
                Pada saat itulah rombongan Dewi Mutrim mendengarkan ancaman Kaki Bima sama-sama ketakutan sehingga Dewi Mutrim menemui Yai Dodo Putih untuk minta petunjuk. Yai Dodo Putih memberikan petunjuk pada Dewi Mutrim untuk bertapa selama 6 tahun memohon kepada Tuhan agar punya anak tanpa Bapak. Bertapa dengan cara menghadap ke Timur selama 1 tahun, ke Selatan selama 1 tahun, ke Barat selama 1 tahun, ke Utara selama 1 tahun, ke atas selama 1 tahun, dan ke bawah selama 1 tahun. Setelah menyelesaikan pertapaannya Dewi Mutrim mengandung dan mempunyai anak sebanyak 25 yang lahir tanpa Bapak.
    Sejak lahir 25 anak tersebut diasuh oleh Roro Anteng dan Joko Seger. Dewi Mutrim mempunyai nazar atau janji apabila setelah dewasa 25 anaknya diberi kesehatan dan mudah mencari nafkah maka anak yang terakhir akan dilemparkan di kawah Bromo.
    Singkat cerita ada bisikan gaib dari kawah Bromo menagih janji atau nazar, Dewi Mutrim termenung susah dan kecewa. Roro Anteng dan Joko Seger bersama 25 anaknya berebut untuk dilemparkan ke kawah Bromo. Akhirnya Dewi Mutrim, Dewi Roro Anteng, dan Joko Seger memutuskan kembali pada ucapan semula bahwa yang dilemparkan adalah anak terakhir yang bernama Raden Kusuma.
    Kemudian tepat pada tanggal 14 (tanggal rembulan) semua berangkat ke kawah Bromo dan disaksikan oleh para warga kampung. Dewi Mutrim beserta semua anak-anaknya diajak ke kawah dalam acara melemparkan Raden Kusuma. Setelah sampai di bibir kawah lalu Dewi Mutrim berkata bahwa, “Oh Hyang Bromo, isun dina iki wes bayar janji-janji nesun ojo nagih utang tanpa utang. Dina iki wes tak bayar kabeh.”
    Setelah Dewi Mutrim mengatakan kata-kata tersebut, Raden Kusuma dijemput oleh uap dan kukus kawah sampai kelihatan gelap. Semua yang ikut dalam acara pelabuhan sama-sama mendengar suara Raden Kusuma yang ada di tengah-tengah uap dan kukus kawah. Suara Raden Kusuma berpesan, “Bopo Biyung lan sak dulure reyang kabeh reyang matur kesuwun wes bias bayar janji-janjine biyung karo reyang tambah bungah mung wae reyang wekas ajo sampek lali nek desane pada selamet pas tanggal 14 ulan kasada. Reyang kirimana sewek mulyo tandur karo jajan pasar werna pitu.” Yang artinya, “jika desa diberi keselamatan maka Raden Kusuma setiap tanggal 14 Jawa Tengger bulan Kasada minta kiriman berupa kain puth dan empon-empon palawija dan sayur-sayuran jajan pasar tujuh macam.”
    Setelah Raden Kusuma meninggalkan pesan kepada Bapak Biyungnya, saudara-saudaranya, dan para saksi lainnya kawah Bromo kelihatan terang benderang dan kembali cerah. Serta uap dan kukus sudah tiada lagi kemudian di hari kintir Raden Kusuma muncul di banyu biru Winongan Pasuruan. Bertemulah sengan seorang empu yang bernama Empu Supo yang sedang membuat pedang dan keris. Dalam usia mudanya Raden Kusuma sudah punya kemampuan lebih untuk membuat pusaka dengan cara dipijat menggunakan tangan sampai mendapatkan 25 biji pusaka keris. Selanjutnya membuat keris dengan cara dipijat sudah tidak jadi lagi.
    Sekian.
    Keterangan: Dewi Mutrim adalah kakak kandung Dewi Roro Anteng
  • CERITA RAKYAT DESA NGADAS


             Ngadas sudah ada sejak tahun 1774. Mbah Sedek yang memimpin pelarian dari Mataram untuk mengamankan diri dari serangan musuh. Mbah Tirun merupakan cantrik atau teman dari Mbah Sedek. Saat itu Ngadas masih ikut kepemimpinan Desa Gubuk Klakah selama 60 tahun. Kemudian pada tahun 1834 Ngadas membentuk pedesaan dengan dipimpin Kepala Desa yang pertama yaitu Pak Balok. Kemudian dilanjutkan Pak Ngateno, Pak Slamun, Pak Asmokerto, Pak Ratmojo, Pak Purnomo, Pak Muliadi, Pak Kartono memimpin Desa Ngadas selama 2 periode, dan sekarang Pak Mujianto. Seiring berjalannya waktu Desa Ngadas membangun sarana pendidikan dan ibadah. TK/SD, Vihara dibangun pada tahun 1995, Pura dibangun sejak tahun 1996, Masjid dibangun sejak tahun 1997.

    Sumur Ajaib digali pada tahun 1946 yang sebelumnya akan dibuat jamban oleh Pak Panggih. Namun saat digali keluar air sehingga tidak jadi buat jamban. Kemudian warga menyebutnya sebagai sumur ajaib yang bersejarah bagi warga setempat.

    Banyu Ledok pada zaman dahulu merupakan satu-satunya sumber mata air yang dipakai oleh masyarakat Desa Ngadas. Jika mengambil air memakai alat dari bambu yang disebut Sudang. Pada tahun 1973-1985 mengambil air di Dongki kemudian tahun 1985-sekarang mengambil air di Gunung Hayek-hayek.

    Danyang adalah tempat berkumpulnya para arwah atau roh-roh halus yang diyakini bisa menjaga keamanan desa khususnya wilayah Tengger. Kemudian arwah masyarakat Ngadas distanakan di Danyang melalui Upacara Entas-entas.
  • Makanan Khas Desa Ngadas

    Jenis-jenis makanan khas Ngadas

    1.      


    Jangan Onthes  : Sayur dari sawi dan kentang yang dimasak tanpa msg dan minyak. Disajikan dalam keadaan panas.


    2.      


    Sambel Klothok : Sambal khas dari cabe tengger dengan tambahan daun bawang dan tomat dalam keadaan mendidih dalam cobek.


    Cara menikmati : Nasi jagung dan sambal klothok dengan menggunakan tangan. Kemudian, sayur onthes yang disajikan dalam mangkok dapat dinikmati secara bersamaan.
    3.       Kopi Klethuk      :Kopi panas tanpa gula yang dinikmati bersama gula aren yang diklethuk.



  • OBYEK WISATA

    We've been developing corporate tailored services for clients for 30 years.

    CONTACT US

    Lembaga pariwisata Desa Wisata Adat Ngadas (DEWI ADAS).

    Dewi Adas

    • Street :Ngadas Street
    • Person :Pak Suyak
    • Phone :+081 233 651 126
    • Country :INDONESIA
    • Email :ngadastourism@gmail.com

    Phone : 0812 3365 1126 [Pak Suyak]
    0812 1697 747 [Pak Timbul]]
    0813 5796 2635 [Pak Harjo]

    atau dapat juga mengirimkan pesan melalui kotak email dibawah ini.